04 December 2012

Masa Kurang Teknologi

Masa kurang teknologi, dimana kita masih belum dikuasai keegoisan teknologi. Ah kalau ingat masa itu, jadi kangen masa kecil, masa SD kurang lebih, karena SMP sudah mulai menggunakan handphone.
Kali ini saya mau membahas hal ringan saja, kali ini saya mau ngajak kalian kembali ke masa lalu, terutama yang masa kecilnya sekitar tahun 1997 sampai 2003.

Masa SD, masa dimana cinta monyet mulai berkeliaran, korban sinetron semua. Untungnya itu tidak berlaku di saya. Saya sih paling banter naksir terus bilang suka, gak lebih, gak sampai pacaran gitu. Paling mentok ya itu, yang saya bilang, sampai bilang suka, titik.
Tapi kalau diingat sih seru juga waktu itu, ah jadi cerita sedikit kan ya. Saya ceritakan secara universal deh, pokoknya masa itu pada ngejar cewek sama aja caranya, klise banget lah.

Masa SD itu, biasa pada klise buat menarik hati cewek yang ditaksirnya, ya misal dengan gangguin dia dulu lah, godain sampai nangis (ini favorit saya), ganti model rambut, pakai parfum murah, dan pilihan terakhir yaitu menjadi badass. Dan yang paling berhasil adalah pilihan terakhir itu, percaya tidak percaya para badass itu biasanya sudah pada punya pasangan. Kalau saya sih tipe pendiam gitu (silahkan kalau tidak percaya), makanya waktu SD ya saya cupu. Ya meskipun cupu ada aja yang mau, sayangnya saya gak kepikiran sama sekali untuk pacaran loh, ya saya anggap itu dulu gak penting.

Nah, cara supaya dekat dengan si gebetan ini macam-macam. Dulu itu gak ada namanya HP, masih belum umum, pokoknya HP dulu masih terbilang mewah lah. Karena keterbatasan teknologi itulah, sebagian ada yang berkunjung langsung ke rumahnya buat belajar bareng, bahasa sekarang sih namanya modus kalau begitu.
Selain itu, ada juga yang nekat nelpon rumahnya. Cara dapat nomor telpon rumahnya? Simpel sih, gunakanlah buku telpon, tapi sebelumnya harus tahu nama bapaknya dulu, haha.
Yang seru itu kalau pakai surat-surat cinta gitu. Pokoknya itu paling wah lah, cuma kurang gentle sih menurut saya :p

Ya mungkin cuma ketiga cara itu yang klise di masanya, masa dimana HP belum mendominasi, apalagi facebook dan twitter.

02 December 2012

Memang Banyak yang Lebih Baik

Banyak hal-hal baik di sekitar kita. Pun hal-hal buruk. Keduanya membentuk keseimbangan, serasi, menarik untuk diikuti.
Banyaknya pilihan itu, harus didukung oleh pemikiran matang, mau kemana kita melangkah, ke hal baik atau hal buruk. Itu pilihan sendiri, dan kita yang berkonsekuensi atas pilihan itu.

Ngomong-ngomong soal baik dan buruk, sifat manusia pun terbagi atas mereka. Ada yang dominan di sisi baik, ada pula yang dominan di sisi buruk. Keduanya belum tentu mutlak atas seseorang, kebanyakan seseorang yang memutlakkan diri atas hal baik dan buruk itu. Seperti yang saya katakan di bait pertama, konsekuensi ada di diri kita, sebesar apapun, sekecil apapun.

Mengerucut menjadi ke sifat baik, saya ingin bercerita soal kecenderungan seorang pria tertarik kepada wanita yang berbudi pekerti baik. Bagi saya itu lumrah saja, karena seburuk apapun sifat seorang pria, dia (biasanya) akan tertarik kepada wanita yang baik. Pun sebaliknya.
Tetapi ketika seorang pria menyukai (atau mencintai; atau jatuh cinta) wanita yang menurutnya baik, ada saja teman yang tidak setuju, walau sebagian besar setuju. Dan biasanya, percayalah, yang tidak setuju ini adalah teman baik, bahkan teman terbaik, karena mereka tahu persis apa yang pantas bagi pria itu. Ingat, seorang teman itu adalah penilai terbaik, jangan meremehkan mereka, karena mereka bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat, dalam hal ini masalah hati.
Kenapa seorang teman bisa melihat sesuatu yang tidak terlihat itu?
Simpel saja, seorang pria yang jatuh cinta biasanya dibutakan oleh satu hal yang dia suka. Karena buta itulah maka hal kecil yang lain jadi tidak terlihat. Jujur saja, kita semua pasti pernah mengalami ini.
Tetapi... gak semua orang jatuh cinta itu buta kok. Bisa saja si pria ini malah melihat sisi lain dari si wanita yang disukainya, dimana si teman mungkin tidak melihat itu.

Langsung ke contoh kasus saja...
Jadi begini, ada pria yang jatuh cinta dengan wanita. Mereka memiliki banyak perbedaan, banyak sekali. Salah satunya, jenis kelamin (ya jelas, masa jenis kelamin mau sama?).
Karena banyaknya perbedaan itu, si teman menasihati si pria kalau yang lebih baik dari wanita itu banyak.
Memang banyak, tapi si pria jelas tak mau kalah. Dia mengakui kalau yang lebih baik banyak, tapi dia bersikeras kalau yang seperti wanita itu tidak banyak.
Ya, begitulah contoh kasusnya.
Anti klimaks? Memang. Soalnya saya sudah lupa mau nulis apa barusan :D

"Yang lebih baik banyak, tapi yang seperti dia tidak banyak."
--Siapa.

26 November 2012

Lazy Sunday

Minggu kemarin, tepatnya 26 Nopember 2012, saya mengalami hari dimana tidak ada produktifitas sama sekali. Bayangkan, dari setelah sholat Shubuh, tidur, lalu bangun dan nonton film di notebook. Tidak lama kemudian ngantuk lagi, lalu tidur lagi. Monoton.

Seharusnya Minggu pagi itu ada latihan flag football, tapi berhubung kaki saya mengalami "muscle soreness" akhirnya tidak ikut latihan. Sakit loh, kaki terasa jenuh begitu otot-ototnya, dipakai untuk berjalan kaki saja tidak enak. Miris.

Ketika hari sudah siang, kaki saya sudah sembuh, jadi maunya sih jalan-jalan begitu, sendirian. Iya, sendirian. Tolong jangan sedih mendengarnya, soalnya saya biasa saja. Karena sendirian adalah satu proses dalam menemukan jati diri. Ngomong-ngomong, saya jadi ingat nonton Batman sendirian di XXI waktu KKN. Bela-belain pulang ke Jogja cuma buat nonton. Tragis.

Sampai sore hari pun saya masih belum melakukan kegiatan yang produktif. Sepanjang hari di kamar cuma nonton dan nonton. Sesekali membaca informasi bermanfaat. Dilanjutkan dengan bermain game. Begitu terus sampai Maghrib. Pemalas.

Apa yang saya lakukan ba'da maghrib? Tidak ada yang spesial. Hanya tidur... Sepi.
Dan baru bangun sekitar pukul 21:30. Parah ya, tidur selama itu. Parahnya lagi, tidurnya saya lanjutkan sampai 23.15. Tragis ya. Hibernasi.

Setelah bangun tidur? Lanjut menonton. Luar biasa pemalas saya pada hari itu. Hari tergelap dalam sepekan. Langitpun menjadi gelap karenanya (jelas, sudah malam begitu).

Tidak ada yang lebih tepat untuk menggambarkan keadaan di atas selain lagu dari Green Day, dengan judul Lazy Bones. Ya namanya manusia, ada saat dimana sangat butuh yang namanya kesendirian. Sendiri untuk bermalas-malasan, berusaha menghilangkan kepenatan, berusaha untuk menyegarkan diri. Tapi terkadang kesendirian adalah salah satu cara untuk melupakan sejenak hal-hal yang selama ini selalu dikejar, entah itu seseorang atau sesuatu. Fleksibel.

"Tidak ada kutipan untuk hari ini."
--Tiko, ketika malas mengutip.

23 November 2012

Tipikal Anak Teknik

Tulisan ini hanya iseng, untuk mengisi waktu luang menjelang Jumatan. Daripada gak jelas mikirin seseorang yang belum tentu mikirin kita, lebih baik menulis :v

Langsung saja, jadi begini...
Anak teknik itu (cowok) modenya biasanya sudah di-setting default: rambut acakan, kulit hitam, mata berkantung, badan atletis, dan kebanyakan masih single di semester 7 :v
Oke jangan sakit hati ya yang merasa klop banget di setting terakhir, yang semester 7. Pffft.
Saking umumnya settingan default ini, orang dari manapun bisa langsung menebak kalau itu (salah satu ciri default setting) adalah tipikal anak teknik.
Oke memang tidak semua cowok seperti itu settingan defaultnya, tapi terima saja persepsi umum ini, sudah menjadi rahasia umum, tidak perlu diperdebatkan apalagi dilaporkan ke Komnas HAM, bisa ribet ntar.
Jadi bagaimana orang luar teknik bisa menebak kalau kita (dalam hal ini, saya) adalah anak teknik?
Mari simak percakapan singkat berikut ini:

S adalah saya, dan T adalah teman saya.
T: Eh Ko, kamu itu sebenarnya jurusan apa sih?
S: Hmmm psikologi :)
T: Ah masa, gak percaya aku.
--Tuh kan, baru bohong sekali saja sudah hampir ketahuan. Darimana coba dia tahu kalau saya bukan dari psikologi. Lanjut:
S: Ah aku bohong, yang benar ekonomi :D
T: Ah masa! Aku itu tahu kamu anak teknik, kelihatan dari bentukanmu...
S: Errr iya :| Saya teknik sipil.

Dari percakapan singkat di atas, sudah jelas bahwa orang dari manapun langsung bisa menebak kalau saya anak teknik, entah dia melihat dari sisi mana, mungkin saja dari kulit hitam dan badan atletis (ini bohong). Hitam tidak sekedar hitam, tapi hitam lebih ke batubara, alias hitam dari mengerjakan proyek.

Habis Jumatan, ya dan saya hampir lupa untuk melanjutkannya. Jadi kita tarik kesimpulan saja.
Kurang lebih begini, kita sebagai anak teknik itu punya ciri khas (sudah saya sebutkan di atas), dan sekali lagi, kalau ada unsur yang memang 'anda banget', jangan salahkan saya, salahkanlah persepsi umum masyarakat tentang kita, mahasiswa istimewa fakultas teknik.

"Teknik itu bukan sekedar jurusan dalam universitas, tapi lebih kepada suatu usaha untuk menerapkan ilmu murni dalam kehidupan. Satu lagi, (katanya) mahasiswa fakultas teknik adalah andalan calon mertua."
-Tiko, diambil dari berbagai sumber dan diubah semaunya.

nb: jangan terlena dengan kutipan di akhir tulisan, melenakan, khawatir masuk ke dalam delusi.

13 November 2012

Menarik, Cuek, Tantangan!

Kebiasaan memang, draft sebelumnya saja belum saya publish, eh sudah buat postingan baru, dasar. Ah itu memang sifat dasar saya, selalu cepat bosan akan satu hal! Maklum saja, akhir-akhir ini saya tidak bisa diam, kesana kemari mencari posisi yang pas untuk memantaskan diri, memastikan peran pribadi di dalam kancah kehidupan. Mencari peran itu tidak mudah, butuh perjuangan lebih, apalagi sudah tahun keempat dan  tak kunjung menemukan partner buat diajak poto wisuda bareng (eh malah curhat). Ehm!

Sekian monolog yang agak sedikit egois di atas. Sengaja memberikan prolog yang seperti itu agar dikira pintar (bercanda).

Menarik memang kalau kita membahas sesuatu yang bisa dibilang sulit untuk diraih, bahkan didekati pun terkesan selalu menjauh. Hanya kesan kok, tidak sampai berefek ke fakta. Santai.
Ini kejadian pasca KKN (Kerja Kontrak Nyata?), dimana sifat saya agak berubah (banyak yang bilang begitu), tulisan saya berubah (saya menyadari sendiri, ada juga yang bilang begitu).
Sifat yang berubah itu salah satunya adalah cuek. Percaya atau tidak (percayalah), saya dulu itu cuek sekali, terutama masalah penampilan, rambut tidak pernah disisir, kumis tidak pernah dicukur kecuali digunting sedikit. Jadi sebelum KKN itu rambut saya gondrong sekali sampai mekar-mekar seperti singa, kumis lebat, bisa dibayangkan kalau style saya waktu itu seniman sekali.
Setelah KKN?
Cerita sedikit ketika pertengahan KKN, saya memutuskan untuk memangkas rambut saya di pangkas rambut Madura, seketika pun kerapian saya meningkat drastis. Yah lumayan lah anak-anak SD yang cewek jadi demen sama saya (daripada gak ada). For your info, ada satu anak SD yang ngefans sama saya, entah dia kesambet demit apa sampe segitunya.
Oke kembali ke akar cerita, saya pangkas rambut itu bukan sepenuhnya keinginan pribadi, melainkan karena ada yang risih berat lihat rambut gondrong saya melambai-lambai, yang mungkin bisa bikin gatal kalau kena kulit. Akhirnya saya pangkas dengan terpaksa...
Kalau kumis? Saya rajin mencukurnya ketika selesai KKN, itupun karena risih berat. Risih karena kalau minum kopi, ampasnya nempel di kumis. Maklum, saya penggila kopi hitam berampas macam Kapal Api. Karena menurut saya, kopi ampas itu laki!
Kumis dan rambut, dua hal krusial yang berubah pasca KKN. Bisa dibilang sifat cuek akan penampilan itu hilang karena ya KKN ini, itulah kenapa saya bilang KKN berguna sekali.
Entah apa kata ibu saya ketika melihat saya rajin pangkas rambut dan kumis, semoga beliau bangga!

Tulisan yang berubah rasanya tidak perlu saya ulas. Silahkan saja scroll  ke belakang, postingan saya tahun 2009, 2010, sampai 2011. Jangan tertawa ya membacanya, saya sendiri agak tersenyum kecil kok, jadi ingat masih cupu banget soal tulis menulis. Sekarang masih banyak belajar, semoga semakin meningkat ke depannya. Karena esensi kehidupan adalah terus belajar dan memperbaiki diri.

Lalu, kenapa judulnya ada kata "Tantangan!"?
Nah, itu saya bahas lain kali saja. Saya mau lanjut mengerjakan tugas yang sedikit terbengkalai. Sebenarnya tulisan ini untuk menghilangkan rasa penat saja sih, tidak lebih.
Sekedar hiburan, dan tulisan ini dibuat ketika masih dalam keadaan waras, tidak terganggu oleh penyakit mental apapun.

"Chase your passion like you're chasing your crush. Trust me it's work."
--Tiko, kutipan ini dipikirkan dalam kondisi setengah tegang.

14 October 2012

Sesuatu yang Terbawa Mimpi

Sebetulnya saya mau melanjutkan cerita kemarin yang mengenai si dia. Tapi karena lagi males berhubung cuaca panas akhirnya saya putuskan membuat cerita baru saja dulu. Mumpung masih ingat kronologinya, kalau sudah lupa rempong ntar :D
Jadi ceritanya saya mau berkisah tentang mimpi saya tadi siang barusan, tidur sekitar pukul 11:00-13:00, cukup panjang, bangun-bangun langsung mumet terus minum kopi biar sembuh :D

Oke saya akan mulai ceritanya. Jadi saya ini tidur dan bangun-bangun saya bermimpi, hehehe asiiik :D
Jarang-jarang nih sadar di dalam mimpi, akhir-akhir ini skill saya dalam mengendalikan mimpi semakin turun soalnya. Hal itu disebabkan oleh kesibukan jadi tidak ada waktu buat latihan mengukir mimpi (halah).
Kembali ke topik, jadi ketika bangun di mimpi itu, saya sedang memvisualisasikan salah satu kampus di UGM, fakultas psikologi lebih tepatnya? Kenapa kok bangun di sana? Ini yang jelas kerjaan dari alam bawah sadar saya, soalnya akhir-akhir ini kehidupan saya diwarnai oleh hal-hal berbau psikologi, mulai dari buku, film, game, sampai bla bla bla yang tidak bisa saya sebutkan.
Sekedar tambahan ilmu, jadi alam bawah sadar ini (subconcious mind) yang paling dominan di dalam membentuk visual di mimpi, kecuali kalau sudah level tinggi banget biasanya alam sadarnya yang dominan, itu sudah tingkatan dewa. Bilang WOW doong, wooow :o

Sampai di mana kita? Sampai di fakultas psikologi ya, oke. Jadi ceritanya ketika sudah di kampus psikologi, di sana ada suatu acara semacam expo. Jadi saya ada di sisi selatan kampus psikologi, yang di utara maskam. Hanya yang pernah mampir di sana yang mengerti deskripsinya :p
Nah dari sisi selatan itu, saya melihat ke arah utara, wah kondisinya ramai, banyak stand-stand dari berbagai peminatan hobi di sana. Yang saya ingat benar itu ada UKM semacam airsoft gun begitu, jadi saya membuntuti salah satu anggotanya menuju ke stand UKM itu. Baru jalan beberapa meter, eh dari kejauhan saya melihat suatu sosok di kejauhan, kira-kira 43 m, dan saya terkejut!
Kenapa terkejut? Oh gosh, she is my crush! Orang yang selama ini saya pikirkan terus sampai terbawa mimpi begini. Ini pasti konspirasi alam bawah sadar saya -_-"
Di sana, dia sedang berbicara dengan teman-temannya, seperti mengerjakan tugas begitu. Eh tunggu, ini kan expo, kok mereka ngerjain tugas di sana? Yah namanya juga mimpi :p
Dari situ saya agak canggung mau lanjut jalan, sumpah di sini saya kira bukan mimpi loh, saking kagetnya lihat di mimpi begitu, timbul tiba-tiba seperti itu ketika di dunia nyata dia seperti menghilang. Mirip kasus Mal muncul di setiap mimpi Cobb dari fim Inception.
Ketika merasa canggung tersebut, saya mencoba mendekati dia perlahan dengan jalan memutar dulu, pura-pura memperhatikan stand. Dan semakin dekat saja ke tempat dia berada. Ceritanya saya sudah senang ini mau negur dia, soalnya sudah lama gak ketemu begitu :o
Pas saya lihat tempat itu, eh ternyata bukan dia, lagi-lagi alam bawah sadar bermain-main dengan saya. Ya jelas saya kecewa lah, sudah senang mau ketemu eh malah diganti objeknya. Asal tahu saja, sudah sebulan mungkin saya belum lagi bertemu dengannya, sepertinya dia sedang sibuk jadi susah kalau mau diajak ketemuan.
Seketika itu juga, setelah dikecewakan, saya akhirnya sadar kalau ini masih mimpi, ya masih mimpi, dengan segala ketidaklogisannya. Karena sudah kecewa begitu, akhirnya saya pasrah saja, akhirnya cuma mengikuti alur cerita di mimpi dan terbangun...

Yah begitulah cerita mimpi saya siang ini. Akibat dari terus-terusan memikirkan gebetan (katanya) jadi terbawa deh.
Asal tahu saja, dia gak cuma muncul siang itu saja, tapi hampir di setiap mimpi saya, bahkan di mimpi dangkal sekalipun (mimpi dangkal: mimpi yang muncul pas lagi teklak-tekluk).
Kutipan yang saya buat dari cerita ini adalah:

"Sepertinya dia mulai menjauhi saya, entah ini sekedar ujian atau suatu sinyal halus dari penolakan."

Mungkin karena kutipan ini, jadi dia selalu muncul di hari-hari saya. Sinyal itu pun sepertinya bukan tanpa sebab, saya agak tahu sebabnya, sedikit, mungkin karena ada sesuatu. Sekian.

02 October 2012

Cerita Tentang Sesuatu dari Orang yang Tersembunyi (Part 1)

Tidak banyak orang yang mau terbuka akan sesuatu, tidak sedikit juga orang yang selalu menutup diri, berselimut di dalam bayang-bayangnya sendiri agar segala rahasianya tidak menguak ke khalayak ramai.
Dari orang-orang yang menutup diri itu, ada segelintir yang merelakan sebagian waktunya untuk bercerita, memaksa diri mereka untuk sedikit terbuka dengan orang lain, khususnya kepada teman dekatnya.
Dari yang membuka diri sedikit itu, mengerucut lagi menjadi beberapa cerita, di antaranya ada yang konyol dan ada yang mengharukan, ada juga yang membosankan.
Dari kumpulan cerita itu mengerucut lagi menjadi satu kisah yang biasa saja, yang tidak menghebohkan dunia persilatan (?), tidak juga menghebohkan dunia pernovelan, karena cerita ini tidak pernah dipublikasikan selain di blog ini.

Baiklah akan saya ceritakan, sebuah kisah yang bisa saja dari seorang teman, bisa juga dari selain teman, kita sebut saja tokoh utama dengan sebutan "dia". "Dia" di sini tidak terlepas wanita ataupun pria, "dia" fleksibel, mengikuti egoisme penulis karena hak saya adalah mutlak dalam tulisan ini :v

Jadi ceritanya dia itu sudah menginjak bangku SD, dia sangat pemalu sehingga selalu di-bully oleh teman-temannya yang nakal, yang kepala batu, yang bisa saja memusuhi si dia jika ada ketidaksetaraan dalam hal penilaian mata pelajaran. Sungguh tidak dewasa bukan? Ya memang, itulah anak-anak SD ababil yang tinggal di balik gunung, yang belum mengetahui penuh bahwa dunia itu tidak melulu soal sekolah di kampung tertentu.
Oh iya, dia duduk di bangku SD kelas 6 saat itu. Masih cupu, masih pemalu, enggan bertindak nakal, enggan membalas kenakalan anak-anak ababil itu. Dia juga pendiam, sampai-sampai para guru memperhatikan dia secara berlebihan. Meng-anakemas-kan lebih tepatnya, sehingga timbul kecemburuan di mata anak-anak ababil yang kurang belaian orang tua itu. Ya, semua bahan bisa dijadikan sebagai bahan bully bagi anak-anak kampret ini, bagi mereka menjadi berandal adalah suatu keharusan untuk menarik perhatian kaum hawa. Sedangkan si dia, si cupu itu, sebenarnya menaruh hati pada salah seorang gadis, teman sekelasnya. Tapi dia bingung bagaimana menarik hati si gadis itu, untuk menjadi berandal pun dia enggan kok, dia sudah dididik menjadi seorang anak yang tidak mau merugikan siapapun. Alhasil dia masih bingung... dan bingung...
Hingga suatu hari dia putuskan untuk melupakan saja perasaan itu, karena kelulusan SD semakin dekat, dan dia mau melanjutkan SMP ke kota.
Berita kelanjutan ke SMP itu sontak terdengar luas kemana-mana...
Tidak ada yang istimewa dari bocornya berita itu, semua masih biasa-biasa saja sampai kelulusan SD sudah benar-benar terjadi. Info kelulusan sudah jelas, satu angkatan lulus semua, dan si dia masih bingung kapan akan mengungkapkan perasaannya.
Ah memang si dia dasarnya pemalu...
Tapi pada akhirnya dia menemukan keberanian, dan dia berhasil mengungkapkan perasaannya. Tetapi apa yang terjadi? Gadis itu tidak memberi jawaban yang jelas, soalnya gadis itu sudah ada yang punya :D
Sampai tiba waktunya untuk pendaftaran SMP di kota. Jadi? Ya, ceritanya gantung saudara-saudari, haha.
Karena memang begitulah adanya, si dia digantung. Untungnya si dia ini orangnya cuek begitu, tidak terlalu menghiraukan yang namanya cinta. Bagi dia, ilmu pengetahuan itu yang utama #tsaaah.
(Bagaimana kalau kita loncat beberapa satuan waktu? Oke...)
Tiba saatnya masuk sekolah. Ya, dia diterima di SMP kota itu, dia adalah satu dari 5 siswa SD luar daerah. Dari puluhan yang mendaftar, hanya 5 yang diterima, si dia pun sangat senang, jerih payahnya selama ini terbayar juga akhirnya.
Masuk sekolah berarti teman baru, sama sekali baru, tidak ada satupun teman masa SDnya, dia pun kesepian (sementara). Hanya selang beberapa minggu dia sudah punya teman-teman baru yang asik-asik, dan tentu saja kebanyakan cowok, haha.
Dari sinilah cerita kenakalan dia dimulai, dari pendiam jadi agak berandal... Itulah lingkungan, bisa membuat kepribadian seseorang mengalami perubahan drastis.
Oh iya, bagaimana kisah dia dan si gadis SD itu? Mandeg ternyata, macet, karena selama SMP itu mereka lost contact. Dan akhirnya si dia dan si gadis SD itu menjalani kehidupannya masing-masing, dalam diam (ini lebay).
Kembali ke si dia, selama SMP ini dia sangat konsen terhadap pelajaran, sampai-sampai tidak memikirkan cinta, hingga tiba ketika dia pindah ke kelas bergengsi, kelas berbahasa Inggris (katanya), dan sebagian orang bilang kelas itu apatis, agak menutup dari dunia luar (oke ini lebay).
Oh iya, ada yang terlewat, tentang masa berandalnya...
Baiklah untuk urusan itu nanti dilanjutkan di bagian kedua saja...

Bersambung...

"Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan, karena kesempatan itu tidak datang berkali-kali."
-Anonim, kutipan klasik-

27 September 2012

Cinta, Apa Itu?

Awalnya saya agak malas menulis hal ini, karena saya kurang suka dengan cerita menye-menye, tapi karena tuntutan pasar (?) akhirnya saya putuskan untuk bercerita mengenai apa itu cinta.
Sebetulnya saya terinspirasi oleh cerita seorang teman yang menulis tentang kehidupan remajanya khususnya masalah cinta waktu SMP. Dia seangkatan dengan saya, satu SMP dengan saya, satu SMA, dan satu fakultas di universitas yang sama. Bosan? Ya, saya bosan terus menerus bertemu dengannya, ah tapi bosan itu berwujud suatu rasa senang yang saya sendiri tidak tahu pasti namanya apa. Oh mungkin ini yang namanya cinta?
Ah jelas bukan, soalnya dia laki-laki saudara-saudari, masa iya saya maho? Meskipun banyak rumor beredar kalau saya mengalami disorientasi seksual, tapi tenang... saya normal kok, sama seperti lelaki lainnya, cuma beda di warna kulit dan otot (?).

--o---o--

Kembali ke benang merah, ayo kita bahas apa sih cinta itu? 
Jadi cinta itu adalah sebuah ikatan benang merah antara pria dan wanita (entah pria dengan pria atau sebaliknya --homoseks--) yang menghasilkan sebuah denyut jantung yang berbeda dari biasanya, lebih cepat beberapa kali normalnya. Rasa itu bisa membuat kita bertingkah lain dari biasanya, lebih melankolis dari biasanya, lebih jengkelin kalau kata orang lihat kita, haha.
Yah begitulah memang, kadang itu menjadikan kita tidak menjadi diri sendiri, bisa memakan kewarasan sesaat kita, membuat kita terus-terus berpikir tentangnya, mencoba untuk menyelam ke dalamnya, berusaha untuk memaksa diri untuk memaklumi hal yang tidak wajar ini.
Jadi itulah definisi cinta secara panjang lebar versi saya, subjektif ya kedengarannya. Ah subjektif tapi pada sepakat kan?
Perlukah saya jelaskan perjalanan cinta saya? Ah rasanya tidak perlu ya, toh itu masalah pribadi :)
Rasanya sudah cukup dulu saya berikan definisinya, untuk selanjutnya menyusul mengenai ceritanya, entah dengan protagonis siapa...

"Jangan sampai membuatmu buta akan hal yang melayangkanmu."
-Tiko, dari pikiran randomnya (seperti biasa)-

14 September 2012

Kuliah Kerja Nyata, Sebuah (Satu Bagian) Pelajaran Hidup

Hidup adalah proses belajar, mulai dari kita bayi sampai bujangan seperti ini, tak henti-hentinya proses itu kita jalani. Tak terasa sudah 2 dasawarsa lebih saya menjalaninya, banyak hal yang dipelajari, baik dan buruk, bersumber dari orang tua dan keluarga besar, guru, dan seluruh penjuru tanah air (?).
Biasanya, perjalanan ini agak macet ketika kita sudah menginjak remaja, karena tertutupi oleh rasa ego yang tinggi. Biasa... remaja..., begitu pikir orang tua dan para sesepuh kita.
Tetapi ketika menginjak umur 20 tahun ke atas, biasanya rasa ego itu berkurang (sedikit), yang akhirnya membuka sedikit jalan masuk untuk mempelajari lagi segala sesuatu tentang hidup. Kalau di game "The Sims", umur 20 tahun ke atas adalah masa adult teen, yang berarti peralihan dari remaja menuju dewasa.
Ya, kita sudah semakin dewasa saja, saudara saudariku...
Dewasa dalam artian secara umur, namun secara pikiran itu tergantung individu masing-masing. Seperti kata seseorang (saya lupa), "Tua itu pasti, dewasa itu pilihan.".

--o---o--

Sebenarnya, tulisan ini adalah lanjutan dari "Lembaran Kehidupan Baru" yang sudah pernah saya publikasikan sebelumnya. Jika Anda belum membacanya, silahkan dibaca (kalau mau, saya juga tidak memaksa).
Jadi KKN ini adalah salah satu terobosan dalam lembaran kehidupan, dan itu bisa dibilang baru (namanya juga terobosan).
Realitanya, saya dan teman-teman satu unit, dalam hal ini unit 27, ditempatkan di Desa Ponggok, suatu desa kaya yang bertempat di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Satu unit itu dipecah lagi menjadi beberapa subunit: 1, 2, 3, dan 4. Masing-masing subunit ditempatkan di dusun yang berbeda-beda.
Subunit 1 di Ponggok 1, subunit 2 di Ponggok 2, subunit 3 di Kiringan (yang ini paling sesuatu), dan subunit 4 di Umbulsari.
Saya kebetulan bertengger di subunit 2 bersama dengan beberapa teman saya yang lain. Dan secara sengaja sekali, hanya saya satu-satunya anak teknik di subunit ini (mantap!).
Di KKN ini, ada satu hal yang membingungkan kami, khususnya anak teknik, mengapa?
Karena tak dinyana, desa ini kelewat kaya sehingga tidak lagi membutuhkan pembangunan fisik, terus?
Ya naluri kami kan membangun dan membangun dan terus membangun, itulah mindset awal kami. Ya sudah kalau memang tidak butuh pembangunan fisik, setidaknya bagian dalam desa ini mengalami kegalauan, tidak perlu saya jelaskan ya rasa-rasanya.
Untung saja, semua klaster tidak harus menjalankan program sesuai bidangnya, setidaknya ini cukup membantu untuk memikirkan program di luar sains teknologi. Dan secara kebetulan yang sangat disengaja, program saya kebanyakan dari klaster sosial humaniora, mau tidak mau supaya memenuhi jam kerja.
Yah namanya juga harus memenuhi jam kerja, tentu saja tidak jauh dari yang namanya 'penyesuaian', ah "if you know that I mean".
Kita lupakan saja apa itu program kerja, setau saya ini tidak terlalu penting untuk disampaikan :p

--o---o--

Kembali ke benang merah, sebenarnya saya mau bercerita tentang hal-hal yang saya dapat selama KKN, tentunya tentang kehidupan, yang saya sebut-sebut sebagai terobosan.
Agak berlebihan memang kalau saya sebut sebagai terobosan, tetapi anda sebagai pembaca seharusnya tidak usah terlalu memikirkan ya, toh saya mutlak atas tulisan saya (peace) :D
Satu hal, ya satu hal yang saya dapat dari KKN ini, yaitu tentang kebersamaan, kekompakan dalam tim. Di sana saya belajar bagaimana berkomunikasi dengan disiplin ilmu yang lain, yang jelas-jelas agak sangat berbeda jalan berpikirnya dengan filosofi keteknikan.
Berbeda dalam hal cara berpikir itu termasuk tembok penghalang komunikasi antar individu, karena kami dari berbagai fakultas berusaha untuk mempertahankan ego, tapi itu hanya berlaku di awal-awal, selang beberapa minggu akhirnya ego itu sudah tidak terlihat, karena sudah mulai berbaur dan mulai bisa menerima berbagai pikiran 'yang aneh-aneh' :))
Untuk bisa bekerjasama menjalankan suatu program 'andalan', tentu saja tembok itu harus dihilangkan jauh-jauh, paling tidak cukup dirubuhkan sedikit dulu tanpa meruntuhkan fondasinya (tsaaaah pikiran keteknikan mulai muncul). Karena jika fondasinya runtuh, ya hilanglah 'idealitas' kita. Kenapa idealitas saya beri tanda petik? Karena pada umumnya kita mengakui memiliki idealitas masing-masing, ah tapi itu cuma wacana kok, toh pada akhirnya realitaslah yang dominan, iya kan? :p
Nah ketika penghalang itu sudah tidak lagi menjadi masalah, timbullah suatu bangunan baru yang dinamakan jembatan komunikasi, yang berfungsi untuk menyambung aspirasi dari berbagai elemen disiplin ilmu. Kita padu mereka (aspirasi-aspirasi) ke dalam suatu wadah. Kita tampung di sana untuk kemudian kita pecahkan, kita pikirkan, kita salurkan, tentu saja sesuai dengan kesepakatan masing-masing.
Intinya, musyawarah dan musyawarah, diskusi dan diskusi, sampai didapatkan suatu premis yang bisa dibilang masuk akal, tidak merugikan siapapun, dan tanpa paksaan siapapun (biasanya ada yang maksa tapi itu gak masalah).
Dari diskusi dan diskusi yang intens inilah, akhirnya saya bisa menemukan suatu terobosan. Kemampuan berbicara lumayan meningkatlah, tidak seperti biasanya. Biasanya saya pendiam gitu deh (terserah anda mau percaya atau tidak, haha).
Lalu... ah bagaimana kalau ini saya sambung nati saja dulu ya? Sudah kebanyakan ngetik capek cyiiin :))
Sampai jumpa di post selanjutnya yang belum pasti kapan akan saya lanjutkan :p

"Chase your passion, so you can feel the essence of your life."
-Tiko, from my random thought-

20 August 2012

Lembaran Kehidupan Baru

Kalau dilihat dari judul, jangan berpikiran bahwa saya akan segera menikah. Judul itu hanya menandakan saya menemukan suatu lembaran baru dalam hidup saya yang berdampak pada kehidupan masa depan, setidaknya mulai saat ini hingga beberapa tahun lagi.
Apa sih lembaran hidup baru itu?
Menurut wikipedia, silahkan cari sendiri, dalam hal ini saya akan mendefinisikannya sendiri sesuai keinginan pribadi, tanpa paksaan dari pihak manapun, tanpa diintimidasi oleh berbagai kumpulan energi negatif lainnya.
Jadi lembaran hidup baru itu adalah suatu penemuan atas jati diri kehidupan dari berbagai aspek, mulai dari keuangan, idealisme, filosofi, jodoh, dan keteknikan (?). Keteknikan itu hanyalah satu intermezzo yang saya paksa masukkan karena sejatinya saya adalah anak teknik, hehe. Penemuan jati diri itu harus sama sekali baru dan sama sekali berbeda dengan diri kita yang sekarang. Jadi definisinya sudah jelas ya? Oke lanjut kalau begitu.
Nah lembaran hidup baru itu bisa ditemukan dari berbagai sebab. Ada yang didapat karena dibimbing oleh rekan, ada juga yang menemukan sendiri dari sebuah latihan yang diadakan oleh institusi tertentu.
Untuk kasus saya, merujuk pada latihan yang diadakan oleh institusi tertentu, dalam hal ini tidak akan saya sebutkan. Yang jelas institusi itu --ah kita sebut saja lembaga-- khusus menangani bidang pemberdayaan masyarakat. Dari pikiran kita pasti yang terbayang adalah suatu pelatihan pembelajaran yang bernama KKN (Kuliah Kerja Nyata).
Naga-naganya tidak perlu saya jelaskan apa itu KKN, saya rasa pembaca di sini sudah pernah merasakannya, khususnya yang angkatan tua (apa kabar skripsi?).

--o---o--

Jadi kebetulan saya KKN ditempatkan di Desa Ponggok, Klaten. Desa dimana air bersih melimpah dengan beberapa titik air mata, eh mata air, yang tersebar di sekitarnya. Saya lupa ada berapa mata air di sini, yang jelas semua bersih dan bisa dipakai untuk mandi, cuci baju, dan minum (kalau mau dan kebal terhadap bakteri patogen pengganggu pencernaan).
nb: Untuk cerita mengenai KKN ini nanti akan saya jelaskan lebih lanjut serta terinci di postingan selanjutnya, jadi kali ini khusus membahas mengenai lembaran baru saja ya.

Apa sih lembaran kehidupan baru yang saya dapat dari KKN itu?
Jawabannya... ya banyak sekali. Banyak banyak banyak sekali. Suatu pengalaman yang belum pernah saya alami di ruang pikiran normal saya selama duduk di bangku universitas rakyat.
Dari KKN itu sendiri saya menemukan satu filosofi hidup baru, suatu pencerahan yang saya cari-cari selama ini, bahwa hidup itu tidak selamanya linier dan tubuh tidak semestinya tersier (kayak lirik lagu ya?).
Salah satu filosofi hidup yang saya dapat adalah bagaimana kita (harus bisa) berharmoni dengan anak-anak. Saya termasuk orang yang kurang bisa meng-handle anak-anak (itu dulu), tapi semenjak KKN saya jadi lumayan agak bisa menangani mereka, terima kasih tong fang (?). Kok bisa? Ya bisa dong, saya mempelajarinya langsung dari mahasiswa psikologi satu pondokan, hoho.
Ternyata... menangani anak-anak tidak sulit kok, cuma butuh sedikit kesabaran, hitung-hitung latihan jadi bapak :)
Itu... baru satu dari sekian filosofi hidup yang saya dapat, masih banyak yang lainnya. Tapi karena terkendala oleh rasa malas yang menjerat alam kesadaranku, jadinya terhalang deh.

Satu lagi lembaran kehidupan baru yang saya dapat dari KKN. Seperti kata dosen waktu pembekalan,"KKN adalah kesempatan terakhir untuk mendapatkan jodoh."
Awalnya perkataan dosen itu saya anggap sebagai suatu gurauan. "Ah masa?" gumam saya. Tak dinyana saya termakan oleh gumaman saya sendiri.
Sebuah gumaman yang pada akhirnya menyeret saya ke dalam lubang (halah) yang terang, yang penuh oleh bunga-bunga penyambut kebahagiaan. Tergambarkan oleh bunga lily warna pink yang menyeruak dari sebuah lingkaran abstrak, memberikan kesegaran bagi siapapun yang menyadari keberadaannya.
(Terlalu puitis saudara-saudara... Ini berbahaya, ini bukan diri saya.)
Tapi ini justru sebagai kemajuan dalam lembaran kehidupan saya, dulu saya tidak serius memikirkan hal ini. Baru kemudian setelah sadar bahwa saya sudah tahun keempat, itu berarti saatnya untuk mencari tulang rusuk yang terselip (bukan hilang). Ditambah lagi oleh pertanyaan orang tua dan keluarga, "Sudah ada ehem belum?"
Pertanyaan yang belum bisa saya jawab hingga beberapa minggu ke depan, setidaknya sampai sekarang saya masih berusaha untuk menjemputnya, berusaha membingkainya dalam sebuah cerita baru perjalanan kehidupan. Saya serius akan hal ini, tidak pernah saya seserius ini :)
Semoga lembaran baru ini bisa sukses...

Sekian...

"onaji hoshi ni tatte, anata wo zutto matte itai"