20 August 2012

Lembaran Kehidupan Baru

Kalau dilihat dari judul, jangan berpikiran bahwa saya akan segera menikah. Judul itu hanya menandakan saya menemukan suatu lembaran baru dalam hidup saya yang berdampak pada kehidupan masa depan, setidaknya mulai saat ini hingga beberapa tahun lagi.
Apa sih lembaran hidup baru itu?
Menurut wikipedia, silahkan cari sendiri, dalam hal ini saya akan mendefinisikannya sendiri sesuai keinginan pribadi, tanpa paksaan dari pihak manapun, tanpa diintimidasi oleh berbagai kumpulan energi negatif lainnya.
Jadi lembaran hidup baru itu adalah suatu penemuan atas jati diri kehidupan dari berbagai aspek, mulai dari keuangan, idealisme, filosofi, jodoh, dan keteknikan (?). Keteknikan itu hanyalah satu intermezzo yang saya paksa masukkan karena sejatinya saya adalah anak teknik, hehe. Penemuan jati diri itu harus sama sekali baru dan sama sekali berbeda dengan diri kita yang sekarang. Jadi definisinya sudah jelas ya? Oke lanjut kalau begitu.
Nah lembaran hidup baru itu bisa ditemukan dari berbagai sebab. Ada yang didapat karena dibimbing oleh rekan, ada juga yang menemukan sendiri dari sebuah latihan yang diadakan oleh institusi tertentu.
Untuk kasus saya, merujuk pada latihan yang diadakan oleh institusi tertentu, dalam hal ini tidak akan saya sebutkan. Yang jelas institusi itu --ah kita sebut saja lembaga-- khusus menangani bidang pemberdayaan masyarakat. Dari pikiran kita pasti yang terbayang adalah suatu pelatihan pembelajaran yang bernama KKN (Kuliah Kerja Nyata).
Naga-naganya tidak perlu saya jelaskan apa itu KKN, saya rasa pembaca di sini sudah pernah merasakannya, khususnya yang angkatan tua (apa kabar skripsi?).

--o---o--

Jadi kebetulan saya KKN ditempatkan di Desa Ponggok, Klaten. Desa dimana air bersih melimpah dengan beberapa titik air mata, eh mata air, yang tersebar di sekitarnya. Saya lupa ada berapa mata air di sini, yang jelas semua bersih dan bisa dipakai untuk mandi, cuci baju, dan minum (kalau mau dan kebal terhadap bakteri patogen pengganggu pencernaan).
nb: Untuk cerita mengenai KKN ini nanti akan saya jelaskan lebih lanjut serta terinci di postingan selanjutnya, jadi kali ini khusus membahas mengenai lembaran baru saja ya.

Apa sih lembaran kehidupan baru yang saya dapat dari KKN itu?
Jawabannya... ya banyak sekali. Banyak banyak banyak sekali. Suatu pengalaman yang belum pernah saya alami di ruang pikiran normal saya selama duduk di bangku universitas rakyat.
Dari KKN itu sendiri saya menemukan satu filosofi hidup baru, suatu pencerahan yang saya cari-cari selama ini, bahwa hidup itu tidak selamanya linier dan tubuh tidak semestinya tersier (kayak lirik lagu ya?).
Salah satu filosofi hidup yang saya dapat adalah bagaimana kita (harus bisa) berharmoni dengan anak-anak. Saya termasuk orang yang kurang bisa meng-handle anak-anak (itu dulu), tapi semenjak KKN saya jadi lumayan agak bisa menangani mereka, terima kasih tong fang (?). Kok bisa? Ya bisa dong, saya mempelajarinya langsung dari mahasiswa psikologi satu pondokan, hoho.
Ternyata... menangani anak-anak tidak sulit kok, cuma butuh sedikit kesabaran, hitung-hitung latihan jadi bapak :)
Itu... baru satu dari sekian filosofi hidup yang saya dapat, masih banyak yang lainnya. Tapi karena terkendala oleh rasa malas yang menjerat alam kesadaranku, jadinya terhalang deh.

Satu lagi lembaran kehidupan baru yang saya dapat dari KKN. Seperti kata dosen waktu pembekalan,"KKN adalah kesempatan terakhir untuk mendapatkan jodoh."
Awalnya perkataan dosen itu saya anggap sebagai suatu gurauan. "Ah masa?" gumam saya. Tak dinyana saya termakan oleh gumaman saya sendiri.
Sebuah gumaman yang pada akhirnya menyeret saya ke dalam lubang (halah) yang terang, yang penuh oleh bunga-bunga penyambut kebahagiaan. Tergambarkan oleh bunga lily warna pink yang menyeruak dari sebuah lingkaran abstrak, memberikan kesegaran bagi siapapun yang menyadari keberadaannya.
(Terlalu puitis saudara-saudara... Ini berbahaya, ini bukan diri saya.)
Tapi ini justru sebagai kemajuan dalam lembaran kehidupan saya, dulu saya tidak serius memikirkan hal ini. Baru kemudian setelah sadar bahwa saya sudah tahun keempat, itu berarti saatnya untuk mencari tulang rusuk yang terselip (bukan hilang). Ditambah lagi oleh pertanyaan orang tua dan keluarga, "Sudah ada ehem belum?"
Pertanyaan yang belum bisa saya jawab hingga beberapa minggu ke depan, setidaknya sampai sekarang saya masih berusaha untuk menjemputnya, berusaha membingkainya dalam sebuah cerita baru perjalanan kehidupan. Saya serius akan hal ini, tidak pernah saya seserius ini :)
Semoga lembaran baru ini bisa sukses...

Sekian...

"onaji hoshi ni tatte, anata wo zutto matte itai"