26 November 2012

Lazy Sunday

Minggu kemarin, tepatnya 26 Nopember 2012, saya mengalami hari dimana tidak ada produktifitas sama sekali. Bayangkan, dari setelah sholat Shubuh, tidur, lalu bangun dan nonton film di notebook. Tidak lama kemudian ngantuk lagi, lalu tidur lagi. Monoton.

Seharusnya Minggu pagi itu ada latihan flag football, tapi berhubung kaki saya mengalami "muscle soreness" akhirnya tidak ikut latihan. Sakit loh, kaki terasa jenuh begitu otot-ototnya, dipakai untuk berjalan kaki saja tidak enak. Miris.

Ketika hari sudah siang, kaki saya sudah sembuh, jadi maunya sih jalan-jalan begitu, sendirian. Iya, sendirian. Tolong jangan sedih mendengarnya, soalnya saya biasa saja. Karena sendirian adalah satu proses dalam menemukan jati diri. Ngomong-ngomong, saya jadi ingat nonton Batman sendirian di XXI waktu KKN. Bela-belain pulang ke Jogja cuma buat nonton. Tragis.

Sampai sore hari pun saya masih belum melakukan kegiatan yang produktif. Sepanjang hari di kamar cuma nonton dan nonton. Sesekali membaca informasi bermanfaat. Dilanjutkan dengan bermain game. Begitu terus sampai Maghrib. Pemalas.

Apa yang saya lakukan ba'da maghrib? Tidak ada yang spesial. Hanya tidur... Sepi.
Dan baru bangun sekitar pukul 21:30. Parah ya, tidur selama itu. Parahnya lagi, tidurnya saya lanjutkan sampai 23.15. Tragis ya. Hibernasi.

Setelah bangun tidur? Lanjut menonton. Luar biasa pemalas saya pada hari itu. Hari tergelap dalam sepekan. Langitpun menjadi gelap karenanya (jelas, sudah malam begitu).

Tidak ada yang lebih tepat untuk menggambarkan keadaan di atas selain lagu dari Green Day, dengan judul Lazy Bones. Ya namanya manusia, ada saat dimana sangat butuh yang namanya kesendirian. Sendiri untuk bermalas-malasan, berusaha menghilangkan kepenatan, berusaha untuk menyegarkan diri. Tapi terkadang kesendirian adalah salah satu cara untuk melupakan sejenak hal-hal yang selama ini selalu dikejar, entah itu seseorang atau sesuatu. Fleksibel.

"Tidak ada kutipan untuk hari ini."
--Tiko, ketika malas mengutip.

23 November 2012

Tipikal Anak Teknik

Tulisan ini hanya iseng, untuk mengisi waktu luang menjelang Jumatan. Daripada gak jelas mikirin seseorang yang belum tentu mikirin kita, lebih baik menulis :v

Langsung saja, jadi begini...
Anak teknik itu (cowok) modenya biasanya sudah di-setting default: rambut acakan, kulit hitam, mata berkantung, badan atletis, dan kebanyakan masih single di semester 7 :v
Oke jangan sakit hati ya yang merasa klop banget di setting terakhir, yang semester 7. Pffft.
Saking umumnya settingan default ini, orang dari manapun bisa langsung menebak kalau itu (salah satu ciri default setting) adalah tipikal anak teknik.
Oke memang tidak semua cowok seperti itu settingan defaultnya, tapi terima saja persepsi umum ini, sudah menjadi rahasia umum, tidak perlu diperdebatkan apalagi dilaporkan ke Komnas HAM, bisa ribet ntar.
Jadi bagaimana orang luar teknik bisa menebak kalau kita (dalam hal ini, saya) adalah anak teknik?
Mari simak percakapan singkat berikut ini:

S adalah saya, dan T adalah teman saya.
T: Eh Ko, kamu itu sebenarnya jurusan apa sih?
S: Hmmm psikologi :)
T: Ah masa, gak percaya aku.
--Tuh kan, baru bohong sekali saja sudah hampir ketahuan. Darimana coba dia tahu kalau saya bukan dari psikologi. Lanjut:
S: Ah aku bohong, yang benar ekonomi :D
T: Ah masa! Aku itu tahu kamu anak teknik, kelihatan dari bentukanmu...
S: Errr iya :| Saya teknik sipil.

Dari percakapan singkat di atas, sudah jelas bahwa orang dari manapun langsung bisa menebak kalau saya anak teknik, entah dia melihat dari sisi mana, mungkin saja dari kulit hitam dan badan atletis (ini bohong). Hitam tidak sekedar hitam, tapi hitam lebih ke batubara, alias hitam dari mengerjakan proyek.

Habis Jumatan, ya dan saya hampir lupa untuk melanjutkannya. Jadi kita tarik kesimpulan saja.
Kurang lebih begini, kita sebagai anak teknik itu punya ciri khas (sudah saya sebutkan di atas), dan sekali lagi, kalau ada unsur yang memang 'anda banget', jangan salahkan saya, salahkanlah persepsi umum masyarakat tentang kita, mahasiswa istimewa fakultas teknik.

"Teknik itu bukan sekedar jurusan dalam universitas, tapi lebih kepada suatu usaha untuk menerapkan ilmu murni dalam kehidupan. Satu lagi, (katanya) mahasiswa fakultas teknik adalah andalan calon mertua."
-Tiko, diambil dari berbagai sumber dan diubah semaunya.

nb: jangan terlena dengan kutipan di akhir tulisan, melenakan, khawatir masuk ke dalam delusi.

13 November 2012

Menarik, Cuek, Tantangan!

Kebiasaan memang, draft sebelumnya saja belum saya publish, eh sudah buat postingan baru, dasar. Ah itu memang sifat dasar saya, selalu cepat bosan akan satu hal! Maklum saja, akhir-akhir ini saya tidak bisa diam, kesana kemari mencari posisi yang pas untuk memantaskan diri, memastikan peran pribadi di dalam kancah kehidupan. Mencari peran itu tidak mudah, butuh perjuangan lebih, apalagi sudah tahun keempat dan  tak kunjung menemukan partner buat diajak poto wisuda bareng (eh malah curhat). Ehm!

Sekian monolog yang agak sedikit egois di atas. Sengaja memberikan prolog yang seperti itu agar dikira pintar (bercanda).

Menarik memang kalau kita membahas sesuatu yang bisa dibilang sulit untuk diraih, bahkan didekati pun terkesan selalu menjauh. Hanya kesan kok, tidak sampai berefek ke fakta. Santai.
Ini kejadian pasca KKN (Kerja Kontrak Nyata?), dimana sifat saya agak berubah (banyak yang bilang begitu), tulisan saya berubah (saya menyadari sendiri, ada juga yang bilang begitu).
Sifat yang berubah itu salah satunya adalah cuek. Percaya atau tidak (percayalah), saya dulu itu cuek sekali, terutama masalah penampilan, rambut tidak pernah disisir, kumis tidak pernah dicukur kecuali digunting sedikit. Jadi sebelum KKN itu rambut saya gondrong sekali sampai mekar-mekar seperti singa, kumis lebat, bisa dibayangkan kalau style saya waktu itu seniman sekali.
Setelah KKN?
Cerita sedikit ketika pertengahan KKN, saya memutuskan untuk memangkas rambut saya di pangkas rambut Madura, seketika pun kerapian saya meningkat drastis. Yah lumayan lah anak-anak SD yang cewek jadi demen sama saya (daripada gak ada). For your info, ada satu anak SD yang ngefans sama saya, entah dia kesambet demit apa sampe segitunya.
Oke kembali ke akar cerita, saya pangkas rambut itu bukan sepenuhnya keinginan pribadi, melainkan karena ada yang risih berat lihat rambut gondrong saya melambai-lambai, yang mungkin bisa bikin gatal kalau kena kulit. Akhirnya saya pangkas dengan terpaksa...
Kalau kumis? Saya rajin mencukurnya ketika selesai KKN, itupun karena risih berat. Risih karena kalau minum kopi, ampasnya nempel di kumis. Maklum, saya penggila kopi hitam berampas macam Kapal Api. Karena menurut saya, kopi ampas itu laki!
Kumis dan rambut, dua hal krusial yang berubah pasca KKN. Bisa dibilang sifat cuek akan penampilan itu hilang karena ya KKN ini, itulah kenapa saya bilang KKN berguna sekali.
Entah apa kata ibu saya ketika melihat saya rajin pangkas rambut dan kumis, semoga beliau bangga!

Tulisan yang berubah rasanya tidak perlu saya ulas. Silahkan saja scroll  ke belakang, postingan saya tahun 2009, 2010, sampai 2011. Jangan tertawa ya membacanya, saya sendiri agak tersenyum kecil kok, jadi ingat masih cupu banget soal tulis menulis. Sekarang masih banyak belajar, semoga semakin meningkat ke depannya. Karena esensi kehidupan adalah terus belajar dan memperbaiki diri.

Lalu, kenapa judulnya ada kata "Tantangan!"?
Nah, itu saya bahas lain kali saja. Saya mau lanjut mengerjakan tugas yang sedikit terbengkalai. Sebenarnya tulisan ini untuk menghilangkan rasa penat saja sih, tidak lebih.
Sekedar hiburan, dan tulisan ini dibuat ketika masih dalam keadaan waras, tidak terganggu oleh penyakit mental apapun.

"Chase your passion like you're chasing your crush. Trust me it's work."
--Tiko, kutipan ini dipikirkan dalam kondisi setengah tegang.