04 December 2012

Masa Kurang Teknologi

Masa kurang teknologi, dimana kita masih belum dikuasai keegoisan teknologi. Ah kalau ingat masa itu, jadi kangen masa kecil, masa SD kurang lebih, karena SMP sudah mulai menggunakan handphone.
Kali ini saya mau membahas hal ringan saja, kali ini saya mau ngajak kalian kembali ke masa lalu, terutama yang masa kecilnya sekitar tahun 1997 sampai 2003.

Masa SD, masa dimana cinta monyet mulai berkeliaran, korban sinetron semua. Untungnya itu tidak berlaku di saya. Saya sih paling banter naksir terus bilang suka, gak lebih, gak sampai pacaran gitu. Paling mentok ya itu, yang saya bilang, sampai bilang suka, titik.
Tapi kalau diingat sih seru juga waktu itu, ah jadi cerita sedikit kan ya. Saya ceritakan secara universal deh, pokoknya masa itu pada ngejar cewek sama aja caranya, klise banget lah.

Masa SD itu, biasa pada klise buat menarik hati cewek yang ditaksirnya, ya misal dengan gangguin dia dulu lah, godain sampai nangis (ini favorit saya), ganti model rambut, pakai parfum murah, dan pilihan terakhir yaitu menjadi badass. Dan yang paling berhasil adalah pilihan terakhir itu, percaya tidak percaya para badass itu biasanya sudah pada punya pasangan. Kalau saya sih tipe pendiam gitu (silahkan kalau tidak percaya), makanya waktu SD ya saya cupu. Ya meskipun cupu ada aja yang mau, sayangnya saya gak kepikiran sama sekali untuk pacaran loh, ya saya anggap itu dulu gak penting.

Nah, cara supaya dekat dengan si gebetan ini macam-macam. Dulu itu gak ada namanya HP, masih belum umum, pokoknya HP dulu masih terbilang mewah lah. Karena keterbatasan teknologi itulah, sebagian ada yang berkunjung langsung ke rumahnya buat belajar bareng, bahasa sekarang sih namanya modus kalau begitu.
Selain itu, ada juga yang nekat nelpon rumahnya. Cara dapat nomor telpon rumahnya? Simpel sih, gunakanlah buku telpon, tapi sebelumnya harus tahu nama bapaknya dulu, haha.
Yang seru itu kalau pakai surat-surat cinta gitu. Pokoknya itu paling wah lah, cuma kurang gentle sih menurut saya :p

Ya mungkin cuma ketiga cara itu yang klise di masanya, masa dimana HP belum mendominasi, apalagi facebook dan twitter.

02 December 2012

Memang Banyak yang Lebih Baik

Banyak hal-hal baik di sekitar kita. Pun hal-hal buruk. Keduanya membentuk keseimbangan, serasi, menarik untuk diikuti.
Banyaknya pilihan itu, harus didukung oleh pemikiran matang, mau kemana kita melangkah, ke hal baik atau hal buruk. Itu pilihan sendiri, dan kita yang berkonsekuensi atas pilihan itu.

Ngomong-ngomong soal baik dan buruk, sifat manusia pun terbagi atas mereka. Ada yang dominan di sisi baik, ada pula yang dominan di sisi buruk. Keduanya belum tentu mutlak atas seseorang, kebanyakan seseorang yang memutlakkan diri atas hal baik dan buruk itu. Seperti yang saya katakan di bait pertama, konsekuensi ada di diri kita, sebesar apapun, sekecil apapun.

Mengerucut menjadi ke sifat baik, saya ingin bercerita soal kecenderungan seorang pria tertarik kepada wanita yang berbudi pekerti baik. Bagi saya itu lumrah saja, karena seburuk apapun sifat seorang pria, dia (biasanya) akan tertarik kepada wanita yang baik. Pun sebaliknya.
Tetapi ketika seorang pria menyukai (atau mencintai; atau jatuh cinta) wanita yang menurutnya baik, ada saja teman yang tidak setuju, walau sebagian besar setuju. Dan biasanya, percayalah, yang tidak setuju ini adalah teman baik, bahkan teman terbaik, karena mereka tahu persis apa yang pantas bagi pria itu. Ingat, seorang teman itu adalah penilai terbaik, jangan meremehkan mereka, karena mereka bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat, dalam hal ini masalah hati.
Kenapa seorang teman bisa melihat sesuatu yang tidak terlihat itu?
Simpel saja, seorang pria yang jatuh cinta biasanya dibutakan oleh satu hal yang dia suka. Karena buta itulah maka hal kecil yang lain jadi tidak terlihat. Jujur saja, kita semua pasti pernah mengalami ini.
Tetapi... gak semua orang jatuh cinta itu buta kok. Bisa saja si pria ini malah melihat sisi lain dari si wanita yang disukainya, dimana si teman mungkin tidak melihat itu.

Langsung ke contoh kasus saja...
Jadi begini, ada pria yang jatuh cinta dengan wanita. Mereka memiliki banyak perbedaan, banyak sekali. Salah satunya, jenis kelamin (ya jelas, masa jenis kelamin mau sama?).
Karena banyaknya perbedaan itu, si teman menasihati si pria kalau yang lebih baik dari wanita itu banyak.
Memang banyak, tapi si pria jelas tak mau kalah. Dia mengakui kalau yang lebih baik banyak, tapi dia bersikeras kalau yang seperti wanita itu tidak banyak.
Ya, begitulah contoh kasusnya.
Anti klimaks? Memang. Soalnya saya sudah lupa mau nulis apa barusan :D

"Yang lebih baik banyak, tapi yang seperti dia tidak banyak."
--Siapa.