02 December 2012

Memang Banyak yang Lebih Baik

Banyak hal-hal baik di sekitar kita. Pun hal-hal buruk. Keduanya membentuk keseimbangan, serasi, menarik untuk diikuti.
Banyaknya pilihan itu, harus didukung oleh pemikiran matang, mau kemana kita melangkah, ke hal baik atau hal buruk. Itu pilihan sendiri, dan kita yang berkonsekuensi atas pilihan itu.

Ngomong-ngomong soal baik dan buruk, sifat manusia pun terbagi atas mereka. Ada yang dominan di sisi baik, ada pula yang dominan di sisi buruk. Keduanya belum tentu mutlak atas seseorang, kebanyakan seseorang yang memutlakkan diri atas hal baik dan buruk itu. Seperti yang saya katakan di bait pertama, konsekuensi ada di diri kita, sebesar apapun, sekecil apapun.

Mengerucut menjadi ke sifat baik, saya ingin bercerita soal kecenderungan seorang pria tertarik kepada wanita yang berbudi pekerti baik. Bagi saya itu lumrah saja, karena seburuk apapun sifat seorang pria, dia (biasanya) akan tertarik kepada wanita yang baik. Pun sebaliknya.
Tetapi ketika seorang pria menyukai (atau mencintai; atau jatuh cinta) wanita yang menurutnya baik, ada saja teman yang tidak setuju, walau sebagian besar setuju. Dan biasanya, percayalah, yang tidak setuju ini adalah teman baik, bahkan teman terbaik, karena mereka tahu persis apa yang pantas bagi pria itu. Ingat, seorang teman itu adalah penilai terbaik, jangan meremehkan mereka, karena mereka bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat, dalam hal ini masalah hati.
Kenapa seorang teman bisa melihat sesuatu yang tidak terlihat itu?
Simpel saja, seorang pria yang jatuh cinta biasanya dibutakan oleh satu hal yang dia suka. Karena buta itulah maka hal kecil yang lain jadi tidak terlihat. Jujur saja, kita semua pasti pernah mengalami ini.
Tetapi... gak semua orang jatuh cinta itu buta kok. Bisa saja si pria ini malah melihat sisi lain dari si wanita yang disukainya, dimana si teman mungkin tidak melihat itu.

Langsung ke contoh kasus saja...
Jadi begini, ada pria yang jatuh cinta dengan wanita. Mereka memiliki banyak perbedaan, banyak sekali. Salah satunya, jenis kelamin (ya jelas, masa jenis kelamin mau sama?).
Karena banyaknya perbedaan itu, si teman menasihati si pria kalau yang lebih baik dari wanita itu banyak.
Memang banyak, tapi si pria jelas tak mau kalah. Dia mengakui kalau yang lebih baik banyak, tapi dia bersikeras kalau yang seperti wanita itu tidak banyak.
Ya, begitulah contoh kasusnya.
Anti klimaks? Memang. Soalnya saya sudah lupa mau nulis apa barusan :D

"Yang lebih baik banyak, tapi yang seperti dia tidak banyak."
--Siapa.

No comments:

Post a Comment