21 February 2013

Gunung Bromo yang Katanya Gunung (Bagian I)

Liburan semester ganjil sudah lewat, menyisakan sedikit sekali cerita yang bisa dibanggakan, kebanyakan adalah cerita klise dimana saya menghabiskan waktu di kos: nonton film, main game, browsing, baca buku, sesekali mengintip televisi (sebenarnya tidak ada manfaatnya), potong kuku, makan, dan memikirkan dia (yang belum tentu mikirin saya).

Tapi cerita klise itu akhirnya ditepis oleh ajakan jalan dari dua teman saya. Mereka berencana pergi liburan ke Gunung Bromo. "Hmmm sepertinya asik", begitu pikiran saya berbicara waktu itu. Dan seketika itu juga saya langsung melihat saldo tabungan, dan saya rasa cukup buat ke sana, sip lah.

Sebenarnya rencana ini dadakan, banget malahan. Bayangkan deh, rencana jalannya baru ada hari Rabu, sementara berangkatnya hari Sabtu. Luar biasa mendadak bukan?
Untung saja karena seringnya saya bepergian jauh, rencana plesir mendadak bukanlah halangan (tsaaah).

Tapi... ada beberapa masalah sih, seperti rute yang harus dilewati, penginapan di sana, apalagi kami hanya bertiga. Sebenarnya sudah mengajak beberapa teman, tapi sebagian besar tidak bisa, dengan alasan budget, padahal ya kalau ramai kan harga bisa ditekan. Ya jadilah kami hanya bertiga ke sana.

Hari keberangkatan semakin dekat, tiket belum dipesan, padahal sudah sehari sebelum cabut. Tapi karena tujuan kami ke Probolinggo dan bertepatan dengan waktu yang relatif sepi penumpang, akhirnya kami berasumsi bisa mendapatkan tiket di stasiun satu jam sebelum kereta berangkat. Okesip, satu masalah selesai. Check!

Masih sehari sebelum berangkat, malamnya, ketika saya sedang makan malam bareng teman-teman SMA, salah satu rekan saya mengirim pesan singkat yang berisi, "Ko, dah packing belum? Bawa apa aja?".
Well saya pastikan rekan saya satu ini jarang jalan jauh, packing aja nanya bawa apa aja. Oke gak papa, karena saya kurang tega melihat penderitaan seseorang, ya sudahlah saya SMS rinci apa-apa aja yang perlu dibawa. Okesip, satu masalah (teman) saya kelar. Check!

Akhirnya tiba waktunya untuk cabut! Hari itu hari Sabtu, rencana mau naik kereta yang berangkat jam 9. Jadi sudah harus tiba di stasiun jam 7.
Karena harus sepagi itu di stasiun, ba'da Subuh saya langsung mandi. Packing, gila kan baru packing pagi-pagi. Tapi gak masalah sih packing mendadak, sudah sering (sombong). Habis packing, saya langsung cabut buat jemput teman saya dulu di asramanya.
Tapi... luar biasa Bung... Yang namanya jam karet berlaku di mana-mana. Ya gimana gak ngaret ya 'kan, wong jam 7 sudah harus di sana. Kepagian Mak! -_-"
Saya sih ngaret sedikit aja (pembelaan), cuma telat 5 menit. Pihak yang dijemput memaksa saya untuk menunggu selama hampir 10 menit. Jadilah kami berangkat ke stasiun pukul 07:15 dan sampai di Lempuyangan pukul 07:30.

Sesampainya di stasiun, langsung parkir motor buat nginep di sana selama 2 hari. Lalu menuju ke lobi untuk beli tiket. Sesampainya di sana ada masalah baru lagi, satu teman lagi belum datang. Seperti yang pernah saya bilang, ngaret berlaku bagi siapa saja. Jadilah kami berdua menunggu sekitar 15 menit.

Tik tok tik tok, 15 menit berlalu dan datanglah dia. Kami pun bergegas ke loket, dan apa yang terjadi? Dia lupa bawa kartu identitas, haish... Jadilah ia meminjam motor saya untuk ke kosnya. Saya pun menunggu sekitar 8 menit, ditemani koran Kompas yang sengaja saya beli, mumpung murah, di stasiun cuma Rp 2.000,-. Waktu itu lagi seru-serunya berita tentang konspirasi sapi PKS, prahara PKS, tobat nasional PKS. Semua berbau PKS lah pokoknya. Kasihan partai sebersih ini (insya Allah) jadi bulan-bulanan media. Loh kok jadi ngomongin partai? Santai, intermezzo.

Fiuh akhirnya datanglah si telat itu, kami pun ke loket dan berhasil membeli 3 buah tiket tujuan Probolinggo, berangkat pukul 09:10. Sembari menunggu kereta datang, alangkah baiknya mengisi perut dulu di dalam peron. Saya cuma minum teh, soalnya sudah sarapan di kos.
Acara makan dan minum itu kami habiskan dengan berbicara mengenai hiruk pikuk dunia politik saat ini (bohong banget, aslinya kami sedang nyinyir).

Bla bla bla teeeeeet, akhirnya keretanya datang! Kami langsung memposisikan pantat kami di dalam kereta ekonomi itu. Duduk bertiga berhadapan, dan ada satu ibu-ibu yang tidak kami kenal. Awkward... wusss...

Bersambung... :v